Wednesday, December 27, 2006

Lari Plus Gadget Minus Nike+iPod


Gue pada dasarnya adalah orang yang malas berolahraga. Terutama jika harus bangun pagi untuk melakukan kegiatan lari pagi. Namun, ternyata asik juga jika dilakukan sambil mendengarkan iPod. Apalagi plus dengan GPS & Palm, sehingga gue bisa tahu kecepatan & jarak lari gue dan dicatat di Palm pakai software MySportTraining. Lewat software ini, gue bisa mengetahui progress kegiatan lari & statistik gue. Paling tidak memotivasi gue untuk tetap berolahraga secara teratur dan terus menambah jarak tempuh lari.

Teman-teman gue menertawakan kegiatan lari pagi gue, "Lo mo lari atau pamer gadget? Mau lari aja ribet amat!" Iya juga sih. Tapi kalau ngga bawa GPS, gue ngga tahu kecepatan & jarak lari gue. Kalau ngga bawa Palm, gue ngga bisa mencatat menit-per-menit kegiatan gue.

Semua keribetan itu bisa diselesaikan dengan menggunakan sport kit dari Nike & iPod - menaruh sensor di sepatu dan data wirelessly diterima di iPod nano. Cool! This is what I need! Unfortunately, sampai sekarang alat seharga US$ 29 ini belum dijual di Indonesia! Dan rata-rata info yang gue terima dari gerai Nike, mereka berencana memasukkan barang tersebut ke Indonesia tahun depan. Sohib gue yang kerja dengan Apple pun membenarkan info tersebut.

Yah sudah. Gue tunggu saja deh sampai tahun depan saat barang ini datang ke Indonesia. Untuk sementara waktu, gue terpaksa berlari sambil nggotong-nggotong gadget. Walau sempat kejadian hampir kejeblos selokan hanya karena sibuk mencatat di Palm gue.

Iseng-iseng bikin TVC Nike + iPod versi Indonesia. Video ini juga kurang lebih menggambarkan apa yang gue lakukan selama ini. Siapa tahu ada pihak Nike atau Apple tergugah hatinya untuk sesegera mungkin menjual sport kit Nike + iPod ke gue. *you wish!*



Untuk format QuickTime movie MPEG 4, download di sini! (File size = 3,6 mb).

Download QuickTime for free


Review Nike+iPod bisa lari ke blog Agus :
http://hausofagus.blogspot.com/2006/08/nikeipod-review.html

Tuesday, December 19, 2006

Arwen Mendadak Dangdut

Beberapa kali ini, Arwen (plus Mamin & baby Leia) berkesempatan menemani Papin lembur di kantor hari Minggu, terutama saat Papin mesti tugas 'njagain' on air acara siaran langsung. Kemarin, hari Minggu tanggal 10 Desember, kebetulan acara-nya dang-dut-an (Panggung Emas RCTI : Radja Didangdut) dan seperti biasa krucil ikut nonton di studio tempat acara berlangsung.



Arwen tampak excited banget lihat kehebohan suasana studio, apalagi dengar musik dangdut nan heboh plus lenggak lenggok penyanyi-nya (Trio Macan, Duo Sansan, Dewi Perssik). Dalam hati kami, "Duuuhh.. semoga Arwen ngga teracuni dangdut dehh.." Maklum, Arwen lagi dalam periode 'gampang-merekam' apa saja yang dianggap menarik untuk dilihat.

Betul saja. Kekhawatiran kami terbukti. Besoknya Mamin harus jemput Papin ke kantor. Saat Arwen diajak dia serta merta berkata "Yuk! Kanto Papin! Yuk! Dangdut! Tongtong dangdut!" DHUER!!!!

Hopefully, memperbanyak cuci otak dengan film The Sound of Music bisa mengurangi intensitas perhatian dia terhadap dangdut. Bukan maksud kami against dangdut, tapi kok kayaknya belum saatnya dia menyanyikan lagu SMS atau Goyang Heboh. Hehehehehehe....

Untuk format QuickTime movie MPEG 4, download di sini! (File size = 7,6 mb).

Download QuickTime for free


Kategori :
Documentation, Vlogging,
Funny

Thursday, November 09, 2006

Menebar Racun di Festival Konfiden



Beberapa hari lalu Konfiden bikin hajatan rutin tahunannya, festival film /video pendek. Seperti yang sudah-sudah, acara di isi dengan pemutaran karya para video maker indie dan forum diskusi. Gue kebagian jadi tukang cuap-cuap disebuah sesi diskusi denga lingkup bahasan "VIdeoblog sebagai sarana alternatif untuk publikasi karya". Sekaligus membahas tentang menjamurnya fasilitas video sharing di situs-situs internet seperti YouTube atau Blip.tv.



Pembahasan ini bisa menjadi solusi alternatif bagi para peserta festival, terutama bagi yang tidak lolos karena tersandung beberapa kriteria festival seperti konteks penggunaan materi hak cipta. Bisa dimaklumi, karena banyak pembuat video amatir/indie yang mengabaikan masalah hak cipta, misal menggunakan lagu yang lagi top sebagai music track karya videonya. Yang terpenting adalah, bagaimana para video maker ini bisa mengkomunikasikan pesannya dengan baik melalui media audio visual.

Dengan video online, para video maker ini bukan saja diberi kesempatan untuk mempublikasikan karya mereka tanpa harus risau dengan masalah penggunaan materi hak cipta (walau YouTube sendiri sudah memberi rambu tentang hal ini, selama karya tersebut tidak difestivalkan dan dikomersialisasikan), tapi juga kebebasan berekspresi. Sebuah karya video pendek yang berkualitas bisa saja hadir dari - let say - dokumentasi keluarga tentang kelahiran seorang bayi yang diedit secara dramatis & menyentuh, atau sekedar iseng mendokumentasikan perjalanan liburan yang dibuat seperti karya video klip. Semua contoh tersebut bisa tidak lolos jika melewati jalur festival. Namun dengan video online, karya tersebut bisa terpublikasikan, ditonton banyak orang dan terjadi mekanisme feedback atau penilaian (berdasarkan komentar atau rating) secara demokratis.



Populasi Video maker amatir di Indonesia masih sangat sedikit. Festival yang diadakan teman-teman Konfiden adalah sarana penting dalam mengumpulkan bakat-bakat tersembunyi dan meningkatkan jumlah video maker amatir di Indonesia. Namun bagi gue pribadi ada hal yang harus diutamakan terlebih dahulu : memberi rasa percaya diri saat memegang kamera video, saat membuat storyline, saat mengedit & saat mempertontonkan karyanya. Video online adalah sarana yang tepat untuk menyalurkannya.

Sayang yang hadir pada diskusi ini cuma beberapa gelintir. Hal ini bisa dianggap sebagai gambaran bahwa :
- Belum populernya penggunaan internet sebagai sarana publikasi karya video, apalagi dengan kondisi masih banyak orang yang fakir bandwith di negeri ini
- Masih lebih memilih festival sebagai sarana paling utama untuk mempertontonkan hasil karya - dengan menggunakan layar lebar bak bioskop & dipertandingkan
- Atau memang, banyak yang belum cukup confident untuk berkisah melalui video

Thursday, August 10, 2006

Gerhana 11 Juni 1983

Sebuah peristiwa yang tak terlupakan bagi gue dan keluarga saat menikmati fenomena alam Gerhana Matahari Total tanggal 11 Juni 1983. Kami yang kebetulan ada di Yogyakarta, diboyong team bokap ke wilayah perbukitan Piyungan untuk bisa menikmati gerhana di dataran yang lebih tinggi.

Dalam perjalanan, kanan kiri suasana pedesaan sudah sangat sepi. Jarang ditemui penduduk atau petani yang bersliweran. Ini akibat penyuluhan pemerintah saat itu yang membuat masyarakat takut terkena bahaya sinar gerhana matahari total. Ironisnya, saat mereka bersembunyi di dalam rumah selama seharian dan melewatkan fenomena bersejarah di daerah mereka, turis-turis asing justru banyak ditemui dan 'bela-bela'in berangkat dari negaranya. Dan yang menarik, isyu bromocorah 'gali' sedang santer-santer-nya di daerah ini, setiap sudut kampung tampak beberapa aparat berjaga. Membuat suasana jadi makin 'mencekam' dan tidak seperti biasanya.

Sampai di lokasi, bokap langsung melakukan dokumentasi dengan kamera Trinicon HVC 2000 Betamax-nya. Bergabung dengan teman-temannya yang sudah memancang beberapa tripod & kamera photo lengkap dengan filter mylar-nya. Beberapa orang - termasuk gue - memasangkan 'kacamata' dengan filter di mata untuk bisa melihat proses penutupan matahari oleh bulan.

Saat gerhana terjadi, suasananya sangat magical. Yang tadinya cuaca cerah hangat tiba-tiba matahari seperti ada yang menyelimuti membuat gelap dunia. Ayam jago berkokok bersahut-sahutan. Langit berwarna seperti saat subuh atau senja. Temperatur langsung drop, menciptakan embun di lensa kacamata. Kami memberanikan diri mengabaikan penyuluhan pemerintah dan menatap gerhana dengan mata telanjang. Di atas kami terdapat pemandangan yang sukar dipercaya - biasanya di atas kami ada matahari, tapi saat gerhana hanya tampak cincin berkilau. Semua bergumam kagum, tercengang, excited, berdecak bahkan meneriakkan "Allahu Akbar". Sang Maha Designer menunjukkan hasil karyanya, yang tidak mungkin bisa dipertontonkan kembali dalam waktu dekat di masa mendatang. Ini adalah pemandangan sekali seumur hidup!

Setelah peristiwa selesai, matahari kembali bersinar dan membuat udara menjadi panas. Tanpa kami sadari, beberapa aparat sudah hadir di antara kita - mungkin saat gelap gerhana mereka sudah tiba. Setelah bertanya sana sini dan menawarkan bantuan kawalan, mereka pergi meninggalkan kami yang masih asyik menikmati pemandangan perbukitan Piyungan.

Sayangnya, kaset Betamax yang digunakan ternyata tidak berumur panjang karena berbagai faktor. Sehingga dokumentasi langka ini nyaris tak bisa ditonton kembali. Untungnya, dulu gue sempat transfer kaset ini ke dalam format video 8 sebelum terlanjur rusak parah. Hasilnya yaa.. tidak bagus. Banyak tracking dan gangguan bintik-bintik gambar. Namun untuk sebuah peristiwa langka luar biasa yang mungkin baru terulang 400 - 500 tahun lagi, video dokumentasi ini masih bisa dianggap layak tonton laahhh..

Enjoy.


Watch the Video

More zoom to :
http://www.krysstal.com/ec1983.html
http://uk.geocities.com/solareclipsewebpages@btopenworld.com/19830611.html
http://nicmosis.as.arizona.edu:8000/ECLIPSE_WEB/ECLIPSE_83/ECLIPSE_83.html

Kategori :
Documentation, Video Report, Vlogging

Sunday, July 09, 2006

Unay Bilang Gue Kurang Kerjaan



Unay itu nama aslinya Gunnar S. Nimpoeno. Profesinya DOP dan kameraman (bener ngga, Nay?) Dia sohib gue dari jaman kuliah di FSRD ITB dulu. Gue hobi video dan dia hobi fotografi. Gue juga yang meracuni Unay untuk berhobi videography (ya ngga, Nay?? kekekekekekek). Sempet bercita-cita bikin film bareng nanti kalau sudah lulus - dan malah dia yang bikin film beneran.

Read more [show/hide]

Beberapa saat lalu, kita telpon-telponan. Iseng gue tanya komentarnya tentang video blog gue ini, jawabannya singkat "Dasar euweuh gawe" (Dasar kaga ada kerjaan). Maksudnya, nggak ada kerjaan apa ya sampai si Pinot bikin blog beginian. Gue sempet terkesima dengan statement-nya, kok sama-sama hobi audio visual tapi ngga excited dengan media video blogging ini. Seharusnya malah semangat bisa bikin video (atau film.. ceilee) terus dipublikasikan sendiri. Bagi gue, vlogging bisa jadi hobi yang bisa dilakukan saat senggang buat menghilangkan kesuntukan kerja selama 5 hari di kantor.

Dan ngga cuma Unay yang berstatement demikian, teman-teman gue yang menceburkan diri sebagai videographer profesional pun merasa 'tidak antusias' dengan kegiatan vlogging. Setelah ngobrol lama dengan Unay, gue mendapatkan kesimpulan bahwa teman-teman gue yang memang berprofesi, mencari nafkah & bekerja dengan media video atau film sudah terlalu 'eneg' jika di waktu senggangnya masih harus berhubungan lagi dengan video, film, video, film, video & film. "Gue mending jalan-jalan pake sepeda kalo pas liburan," kata si Unay - yang mungkin memang sedang berusaha keras me-reshape tubuh tambunnya. Wakakakakak.

Gue sekarang bekerja di stasiun TV swasta dan hampir ngga ada hubungannya dengan video. Ketika pulang atau weekend, rasanya bisa beristirahat total jika gue bisa berkegiatan video. Dari yang ngedit video pribadi, dokumenter atau nge-shot kegiatan Arwen anak gue. Ngoprek video bagi gue seperti meneruskan hobi lama gue yang sudah lama terpendam. Jadi bersemangat lagi setelah bermunculan jasa hosting video seperti YouTube atau Blip.tv. Bervlogging bisa jadi jamu obat stress dari pekerjaan. Namun, untuk saat ini tampaknya vlogging hanya ditekuni oleh hobi-ers dan amatir.

Pesan buat Unay, tonton sejenak video lu yang gue posting dan renungi. Video, dokumenter, audio visual, film, sinematografi apa pun namanya bukan melulu pekerjaan semata. Beralih profesilah elu (pegawai bank atau asuransi), agar elu bisa kembali merasakan 'nyawa' keasikan sebenarnya dari kegiatan videography. Wakakakakakakakakak :DD

Sunday, July 02, 2006

Kampanye Politik Era Eighties

Gue tidak ada niatan politik apa pun dalam mem-publish rekaman video suasana kampanye politik di tahun 1987 ini. Gue cuma berpikir - saat menonton kembali rekaman video 8 gue ini - betapa bersemangat-nya orang-orang saat itu berkampanye, toh yang menang partai itu-itu juga. Suasana Jakarta nan terik panas berubah jadi ajang tontonan - menonton & ditonton - arak-arakan manusia ber'kampanye'. Masyarakat di pinggir jalan, yang sudah pasti masa bodoh dengan maksud kampanye tersebut, turut bersenang-senang seolah mengelu-elukan para pelaku kampanye yang berarak keliling kota menggunakan semua sarana transportasi dari motor, mobil pribadi, bajay (buset, ini bajay umurnya sudah 20-an tahun donngg??) sampai dengan metro mini bodol. ABG-nya juga ngga ketinggalan, teteup dengan cengdem dan rambut blow-nya. Ngga lupa iringan musik nge-ces (treble) dari sound system. Gue jadi heran, ini kampanye atau ngeceng?

Karena ada momen seperti itu, kesempatan buat gue untuk iseng belajar membuat reportase video. Saat itu gue ditugasi sama guru SMA (gue masih kelas 1) untuk membuat semacam laporan dalam bentuk video tentang kegiatan kampanye politik saat itu. Akhirnya jadi berani malu bin pede shooting video di tengah keramaian dengan bekal Sony Video 8. Video yang gue publish ini pun sama dengan apa yang gue pertontonkan ke guru gue. Hasilnya.. yaa.. lumayan laaaaa... namanya juga jurnalis amatiran. Silakan menikmati suasana kampanye politik tahun 80-an, era eighties, era lintas melawai, era ngeceng.








quality="high" width="320" height="256" name="movie" type="application/x-shockwave-flash" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer">




Note : this video hosted in BLIP.TV.
Untuk format QuickTime movie klik gambar ini.



Download QuickTime for free



Kategori :
Documentary, Video Report, Video Journalist

Saturday, July 01, 2006

Arwen's Plastic Surgery

Bayi multi-ekspresi, itu salah satu sebutan kami buat si Arwen yang sekarang berusia 19 bulan. Kadang, kami suka tertawa sendiri jika Arwen lagi rewel - karena audionya menangis tapi wajahnya kadang berekspresi tertawa.

Suatu ketika, kami ber-eksperimen melakukan 'bedah plastik' wajah Arwen saat sebelum tidur. Awalnya Arwen tidak keberatan wajahnya disqueze, ditarik, dijembeng, dikuyel-kuyel oleh orang tuanya. Namun akhirnya protes keras. Dari rekaman video ini sendiri sudah terlihat beberapa ekspresi ajaib Arwen, walau harus dibantu 'bedahan' tangan gue dan Dita.









quality="high" width="320" height="256" name="movie" type="application/x-shockwave-flash" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer">




Note : this video hosted in BLIP.TV.
Untuk format QuickTime movie klik gambar ini.



Download QuickTime for free



Kategori :
Documentary, Raw Material, Funny

Wednesday, June 14, 2006

Review Situs Penyedia Jasa Video Sharing

Tahun 2006 bisa jadi adalah tahun kelahiran kembali kebutuhan video di dunia maya yang selama bertahun-tahun 'ditinggalkan' karena masalah teknis seperti kompatibilitas format file video atau kecepatan akses.

Di tahun ini, makin banyak bermunculan penyedia jasa sharing video dalam bentuk Flash yang bisa di-embed ke situs pribadi atau blog, setelah sebelumnya diawali Sharkle (2004) & YouTube (2005).

Dari beberapa penyedia jasa tersebut, gue mencoba membuat review kecil-kecilan. Situs tersebut adalah :

Review ini tidak bersifat mutlak, hanya sekedar pandangan pribadi gue - yang notabene masih hijau royo-royo di dunia blog - dan bisa saja dari masing-masing penyedia jasa video sharing melakukan perubahan layanan - dari gratis menjadi bayar misalnya - mengingat perubahan teknologi dunia maya yang sangat cepat.

Tapi paling tidak, review ini bisa berguna buat banyak umat dan dengan harapan semakin banyak bloggerian Indonesia yang nge-vlog.

Read more [show/hide]


File Format

Rata-rata para situs video hosting ini menerima upload file video dalam format populer seperti QuickTime (.mov), MPEG4 (.mpg atau .mp4) dan WMV. Format MPEG4 dianggap format video terbaik untuk kebutuhan video preview - file size tidak besar namun kualitas gambar tetap terjaga - apalagi dengan feature kompresi H.264.

Photobucket - Video and Image Hosting

Saat publish, semua situs meng-convert file-file tersebut dalam bentuk Flash, demi menjaga kompatibilitas preview video di semua jenis platform komputer & aplikasi web browsernya. Karena hasil convert Flash tersebut membuat kualitas gambar menjadi 'rusak', beberapa situs
menyediakan option untuk tetap menyediakan file MPEG4 - dengan proses download lebih lama namun kualitas gambar tetap bagus - seperti Blip.TV & Vimeo.


File Size & Duration

Walau mereka berstatus FREE sebagai penyedia jasa, namun beberapa diantaranya memiliki batasan-batasan tertentu seperti tertera di Tabel 2.

Photobucket - Video and Image Hosting
Untuk Blip.TV, Google Video & Yahoo Video tidak menyebutkan batas kapasitas pemakaian storage dalam situs mereka untuk setiap account/user. Namun Yahoo Video membatasi besar file untuk sekali upload sebesar 100 mb - jumlah ini cukup besar untuk sebuah file video. Dan siapa juga yang mau upload file sebesar itu :) kecuali kalau mau memang mau upload sinetron.

Pembatasan durasi berlaku bagi Photobucket (max 3 menit) & YouTube (max 10 menit) untuk setiap file video yang diupload. Durasi 3 menit sedikit banyak bisa mempengaruhi karya video musik yang rata-rata berdurasi 4 - 5 menit. Mungkin kalau hanya sekedar dokumentasi mentah apa adanya, hal ini bukan masalah. Kalau 10 menit seperti yang ditawarkan YouTube, masih okelah untuk membuat cerita video pendek.

Vimeo membatasi besar file yang diupload setiap minggunya - maksimal 30 mb. Bagi gue hal ini tidak bermasalah, toh ngapain juga upload setiap hari sampai 30 mb seminggu. Lagipula, setelah seminggu berikutnya, batasan tersebut reset kembali. Mungkin hal ini bisa menjadi hambatan jika kita bekerja sebagai jurnalis video yang harus update & publish liputan setiap hari.


Upload Progress


Hal ini penting buat gue, mengingat kecepatan koneksi internet yang pas-pasan dan berurusan dengan file besar (lebih dari 1 - 2 mb). Sering kejadian sudah menunggu lama, ternyata 'connection failed' atau kegagalan-kegagalan koneksi lainnya. Contohnya Sharkle, pada saat kita upload status browser gue hanya menampilkan message "Contacting to http://www.sharkle.com.... " laaammaaaaaa sekali - sampai harus ditinggal tidur atau pergi, jika beruntung besoknya sudah selesai.

Untungnya Blip.TV, Vimeo & Photobucket menyediakan informasi proses upload ini seperti terlihat di bawah. Sehingga kita punya estimasi berapa lama lagi file ter-upload dan estimasi berapa biaya pulsa internet yang terpakai (hare gene mase pake dial-up??? hihihihihihihi)



Progress Blip.TV

Progress bar milik Blip.TV sangat informatif dan jelas. Lengkap dengan estimasi waktu yang terpakai untuk menyelesaikan proses upload. Progress bar ini langsung muncul di halaman yang sama begitu kita tekan tombol 'UPLOAD'.




Progress Vimeo


Vimeo menggunakan persentasi pada progress bar-nya. Namun tanpa informasi estimasi waktu yang dibutuhkan.


Progress Photobucket


Photobucket walau memiliki keterbatasan-keterbatasan dibanding situs lainnya, tapi mereka menyediakan progress bar yang muncul dalam bentuk pop-up window setelah tombol "UPLOAD" diklik. For me, this is awesome. Mereka punya informasi estimasi waktu, persentasi & besar file yang ter-upload.

Feature

Blip.tv memiliki banyak feature yang bagus, salah satunya feature untuk melakukan cross-posting file video langsung ke blog kita dan menyediakan subscribe ke feed RSS (seperti My Yahoo & Newsgator). Belum lagi feature 'Get Sidebar' yang memberikan kita kemudahan untuk mencantumkan playlist video kita di blog dengan men-copy code Javascript yang sudah disediakan.

Photobucket - Video and Image Hosting

Google menyediakan software (Mac & PC) untuk memberi kemudahan menonton video-video di website tanpa harus membuka web browser. Dan memberi option untuk download file video tersebut ke dalam format iPod Video dan Sony PSP.

Seperti layaknya komunitas mailing list atau dunia maya lainnya (Friendster), situs-situs ini menyediakan feature untuk saling berkenalan dan berkomunikasi dengan user lainnya. Satu sama lain saling memberi komentar, rating atau membuat forum. YouTube & Vimeo memberi fasilitas alert via email jika ada yang memberi komentar pada video kita, sehingga kita bisa selalu update informasi setiap saat tanpa harus berkunjung ke situs tersebut.

Kelemahan

Sebenarnya tidak ada sisi buruk yang significant dari para penyedia jasa video hosting ini. Namun dari semuanya, Sharkle memiliki kelemahan yang (tampaknya) berhubungan langsung dengan kecepatan koneksi internet. Seperti yang tertera di tabel 5, audio & video jalan sendiri-sendiri kalau kecepatan internetnya berjalan seperti siput. Hal ini sangat mengganggu untuk karya video yang diedit menggunakan sound effect atau musik. Apalagi jika untuk video klip musik yang sudah disync dengan beat musik.

Untuk kualitas hasil convert video ke Flash, Photobucket (lupa dicantumkan di tabel ;) paling parah hasilnya. Ada titik-titik atau dot yang cukup mengganggu (lihat contoh)

Photobucket - Video and Image Hosting

Kesimpulan

Awalnya gue selalu menggunakan Sharkle , namun setelah melakukan riset (ceile) coba sana coba sini, kok rasanya Blip.TV paling sreg buat gue. Bentuk window interface-nya sangat simple dan sederhana, ngga bikin bingung masyarakat Indonesia pada umumnya. Belum lagi feature-nya cukup kaya dan mengakomodir kebutuhan umum blogger. Vimeo kurang lebih mirip Blip.TV, apalagi jika memiliki account Flickr kita bisa melakukan cross-posting file video.

PhotoBucket tampaknya memang sedang testing the water dengan jasa video hostingnya. Fasilitas di web-nya masih berkesan khusus untuk foto, bukan video. Mungkin tunggu beberapa saat kedepan, saat kualitas video-nya lebih baik dan berganti nama menjadi VideoBucket ;)

Gue sebenarnya berharap banyak pada Google Video mengingat jaringan Google yang sangat luas, memungkinkan kita untuk bisa bercengkerama dengan banyak vlogger. Dan kabarnya, vlogger yang terdaftar pada situs ini makin banyak menyalib YouTube. Sayang tampilan web nya agak garing dan ngga user-friendly. And it lacks of tags or keywords option! Masih lebih baik Yahoo Video yang memiliki feature tidak jauh berbeda dengan situs lainnya.

Review situs penyedia jasa video sharing ini baru mencakup segelintir dari sekian banyak situs sejenis yang marak menjamur tahun ini. Paling tidak, sebelum tersesat bin bingung, bisa orientasi terlebih dahulu dengan 7 situs ini dan segera ber-vlogging ria segera.
Sekali lagi, review ini hanya sekedar gambaran & pengalaman pribadi. Kritik dan masukan ditunggu.

Jika ada waktu dan cuek dengan tagihan internet anda, silakan cek masing-masing video "Hip Hop Baby" di bawah ini dan bandingkan satu sama lain :
More zoom to :
http://www.techcrunch.com/
http://www.testinggrounds.loadedpun.com/

Monday, June 12, 2006

Saturday Adventure

Melakukan perjalanan singkat padat kini bisa dilakukan untuk rute Jakarta - Bandung pulang pergi. Thanks to Tol Cipularang dan hadirnya jasa travel Bintaro - Bandung. Total perjalanan sepanjang 116 km (132 km pulang pergi) bisa dilakukan dalam sehari penuh. Best of all, si Arwen (19 bulan) & Dita yang lagi pregnant tidak merasa capek yang terlalu capek :)

Sabtu tanggal 3 Juni kemarin, kita bertiga melakukan petualangan backpacking travelling kecil-kecilan dengan berangkat ke Bandung pulang pergi. Berangkat dengan Suzuki APV 4848 di Ruko Menteng Bintaro jam 9 pagi (Rp 70.000 sampai tujuan) dan pulang menggunakan Preggio X-Trans di Cihampelas jam 8:30 malam (Rp 60.000). Sampai di rumah sekitar tengah malam, berasa amaze kita baru saja melakukan perjalanan 132 km dalam waktu 19 jam.

Kayaknya Arwen siap nih kuliah di ITB, ngga kayak gue dulu mesti ke Cililitan atau Kampung Rambutan naik bis ke Bandung. kekekekek.








quality="high" width="320" height="256" name="movie" type="application/x-shockwave-flash" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer">




Note : this video hosted in BLIP.TV.
Untuk format QuickTime movie klik gambar ini.



Download QuickTime for free



Kategori :
Semi Documentary, Vlogging

Friday, June 02, 2006

How to Vlog

Seperti layaknya bercerita di blog, tentu kita sudah membayangkan apa & bagaimana cerita tersebut diciptakan. Kadang cerita tersebut sudah lewat tapi ingin dikisahkan atau malah baru mau berkisah tentang sesuatu yang diimpikan dan dicita-citakan.

Tidak beda jauh dengan ber-vlogging ria. Pada dasarnya, apa yang akan kita kisahkan di blog adalah kejadian yang baru saja kita rekam di kamera video. Atau, mungkin saja sengaja direncanakan syuting supaya memperkuat kisah kita di blog. Atau dokumentasi lama yang sifatnya menarik untuk dikisahkan. Di blog Nurani Susilo ada beberapa info berguna tentang VLOG, klik di sini.

Intinya adalah, dengan vlog kisah kita bisa lebih dinamis, dramatis & membantu pengunjung blog kita membayangkan seperti apa yang kita bayangkan. Kisah verbal & audio visual saling menunjang.

Langkah-langkah nge-vlog :

Read more [show/hide]

  1. Siapkan kisah dan materi videonya. Ingat lho, pengunjung blog kita tidak hanya ingin membaca kisah kita, tapi juga menonton video-nya. Kalau perlu dibikin episodik, biar pengunjung blog penasaran menunggu kisah kelanjutannya. Berasa sinetron gitu locchh..

  2. Materi video dipindahkan (convert) dalam bentuk digital ke komputer. Caranya macam-macam tergantung recording device kita. Jika handycam miniDV, maka hanya tinggal konek dengan kabel FireWire, DV atau iLink. Dengan Mac, bisa dengan software iMovie (atau FinalCut Pro). Jika dari handphone (biasanya format .3gp) maka cara memindahkan file-nya bisa lewat kabel data, infra red atau bluetooth (atau card reader jika kebetulan handphone-nya ada memory card). Untuk kamera Flash Memory based, tinggal ambil memory card-nya dan gunakan card reader untuk memindahkannya ke komputer.

  3. Setelah file tersimpan di komputer, maka kita bisa meng-editnya. Tambahkan narasi, musik, sound effect, title sesuai kebutuhan. Dan yang terpenting, pada saat meng-edit, usahakan membayangkan saat pengunjung blog kita menikmati tontonan videonya. Sehingga kita bisa merasakan apakah cara kita berkisah terlalu panjang, terlalu pendek, cukup komunikatif dan lain sebagainya. Dengan mengedit ini juga kita bisa memilih mana materi yang penting dan tidak penting. Jangan ragu membuang materi bergambar bagus kalau cuma kita saja yang bisa menikmati.

  4. Setelah kita selesai meng-edit, save video-nya dalam format file yang umum digunakan. File yang umum digunakan adalah : AVI, WMV, QuickTime MOV, MPEG4. Saya sendiri biasanya menggunakan format MPEG4 dengan ukuran layar video 320 x 240 pixel. Ngga perlu gede-gede, toh videonya di tonton di internet pakai layar monitor bukan home theatre :D

  5. Tahap berikutnya adalah upload file video kita ke situs-situs penyedia layanan video hosting. Ada banyak video hosting yang free seperti, YouTube, Sharkle, Vimeo, Blip.tv. Bahkan Google & Yahoo pun menyediakan jasa video hosting. Tahap ini adalah yang berat, mengingat akses internet di negeri ini masih kayak siput. Sebagai gambaran, sebuah file MPEG 4 sebesar 5 megabyte membutuhkan waktu 2 jam. Hal ini sebenarnya relatif, semakin cepat akses internet yang dipakai, semakin cepat pula. Karena saya pakai broadband (unlimited akses), biasanya saya tinggal tidur :) Kalau internetnya pakai Telkomnet Instant, siap-siap bayar tagihan yang membengkak. Dan kalau internetnya pakai GPRS, wah.. ke laut aja bo. Bakal bikin pusing tunggakannya.

  6. Setelah file kita tiba di situs, kita akan mendapatkan URL atau code untuk bisa kita tempel (embed) di halaman blog kita. Atau mungkin hanya sekedar share URL file video kita lewat email.

  7. That's it! Anda sudah broadcast ke seluruh dunia.


Ada beberapa tips & tricks ber-vlogging ria :

  1. Usahakan materi video yang digunakan tidak terlalu panjang, maksimal 3 menit. Hal ini untuk menjaga agar pengunjung blog kita tidak terlalu lama menunggu proses download file video kita. Apalagi karena kecepatan koneksi internet kita yang tidak terlalu wus-wus-wus mbablas ngebut.

  2. Seperti disebutkan di atas, besar layar tidak perlu lebih dari 320 x 240 pixel. Setting layar ini bisa ditemukan saat kita meng-edit video atau pada saat save file video.

  3. Pahami alat-alat anda dari hardware-nya hingga software-nya. Karena masing-masing alat memiliki cara yang agak berbeda satu sama lain. Saya menggunakan Sony handycam miniDV & handphone SonyEricsson sebagai recording devicenya dan Apple PowerMac G4 + Final Cut Pro sebagai editing device-nya.

  4. Selalu sertakan cerita dahulu di halaman blog, sehingga pengunjung blog bisa membayangkan kisah videonya dan terajak menyediakan waktu (untuk download) untuk menonton. Tanpa cerita verbal yang menarik, pengunjung akan mengurungkan niatnya untuk menunggu proses download sampai selesai.


Kini, saatnya anda memperkarya blog anda dengan video dan broadcast ke seluruh dunia. Let's vlogging!



Lebih lanjut dan mendalam silakan zoom ke :
http://freevlog.org
http://vlogassist.com
http://www.01vlog.com/whatisavlog.php
http://digitalhooligans.com/vlog/2005/02/how-to-vlog.html

Thursday, June 01, 2006

1987 Fear Factor

Ngga tahu kenapa, gue dan adik gue seneng banget kereta api dari kecil. Kalau sore-sore tuh pengennya jalan-jalan ke Bintaro (Tahun '87 rumah kita di Petukangan Selatan, Pesanggrahan) nungguin kereta api lewat. Walau yang wira-wiri kereta api-nya busuk, rasanya kalau sudah dengar deru lokomotif-nya jadi semangat dan excited pisan.

Suatu ketika, gue, Iwan adik gue dan Rudy teman satu komplek, iseng main-main di jembatan kereta api Bintaro (sekarang di samping Hero sektor 2 dan masjid). Entah kenapa tiba-tiba ada ide gila : bersembunyi di bawah rel saat kereta api lewat. Namanya juga bocah, dorongan bermain jadi menggebu-gebu apalagi ada kamera video. Kayanya kalo sudah bawa kamera harus ada momen yang menarik.

So, maka menunggulah kami di bawah rel (tepat di celah penghubung jembatan) hingga kereta api lewat. Wuuaahhh.. rasanya seru banget! Seperti sedang berpetualang! Tegang, takut, senang, asyik campur aduk.

Sekarang, kalau gue nonton video-nya cuma bisa geleng-geleng kepala. Kok yha ngga mikir bahayanya saat itu. Gimana kalau tiba-tiba ada debris atau batu atau besi atau apa pun lah namanya, menimpa kepala kami. Dan, hingga kini, orang tua Rudy tidak pernah tahu bahwa anaknya pernah melakukan hal yang sangat berbahaya - karena diajak gue dan Iwan. Orang tua kami saat itu? Cuma cengengesan saat menyaksikan rekaman videonya.

Don't try this at home. It's very dangerous.. and it's because there are no railways in your home.








quality="high" width="320" height="256" name="movie" type="application/x-shockwave-flash" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer">




Note : this video hosted in BLIP.TV.
Untuk format QuickTime movie klik gambar ini.



Download QuickTime for free



Kategori :
Documentary, Video 8

Tuesday, May 23, 2006

Old School Editor

Bak pengrajin sedang berkriya gerabah, Dwi Koendoro mengedit film dokumenter 16mm-nya dengan menggunakan peralatan editing konvensional Moviola 16mm viewer, syncronizer & cutter. Direkam dengan handycam Sony V8 sekitar April 1987 (gue lagi SMA kelas 1). Kelihatan asyik banget dan menjiwai apa yang dilakukan, seperti layaknya pianis jazz di sebuah pub saat pengunjung satu persatu pulang karena dijemput larut malam.

19 tahun kemudian, rekaman ini gue edit secara 'instant' dengan Final Cut Pro 4.5 HD di Macintosh QuickSilver G4. Walau editing non-linear digital lebih canggih, feel & soul yang didapat beliau saat mengedit di Moviolanya tidak akan pernah gue dapatkan di Final Cut Pro. Mungkin itu yang dianggap sebagai nilai lebih dari segala hal yang sifatnya 'old school'. You'll never experienced the same. Gue ngga akan merasa bermain piano jazz di sebuah pub.



Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.

preview : Old School Editing

Untuk download QuickTime movie MPEG 4, klik di sini (file size = 6,2 mb)


Download QuickTime for free



Kategori :
Documentary, Video 8, Final Cut Pro

1977 dalam 8mm

1977, bokap lagi hobi main film 8mm. Dengan berbekal kamera film Nikon R10 Super 8mm (tercanggih masanya) segala hal direkam termasuk saat gue (7 th) dan adik gue, Dono (5 th) & Iwan (3 5h) masih piyik. Rumah kami masih di gang Kubis nan sempit di daerah Blok A. Saat itu, kalau ada orang bawa kamera masih jadi bahan kerumunan orang apalagi di daerah perumahan gang kecil.

10 tahun kemudian, gue iseng pasang projector 8mm dan diproject ke tembok untuk direkam dengan Handycam Sony V8. Hasilnya lumayanlah, daripada mesti proses telecine di laboratorium.

29 tahun berikutnya dengan bantuan peralatan yang lebih canggih (dibanding tahun 1977 lalu) dan thanks to internet, gue iseng digitize kaset V8-nya dan hasilnya published seluruh dunia.

Kadang masih suka amaze sendiri kalau sudah lihat rekaman ini. Takjub, haru, senang, 'nglangut', terkesima campur aduk jadi satu. Kalau sudah begini, yang namanya dokumentasi jadi sangat bermakna dan tak ternilai bagi sejarah keluarga kami. Sayang direkam tanpa suara.



Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.

preview : 8mm 1977

Untuk download QuickTime movie MPEG 4, klik di sini (file size = 4,6 mb)


Download QuickTime for free



Kategori :
Documentary, Raw material, Video, Vlogging

Wednesday, May 10, 2006

Remington Steele, Return to Eden & Dreams

Hasil ngubek-ngubek rekaman video 8 gue : nemu cuplikan seri TV yang ngetop di era akhir 80-an yaitu Remington Steele, Return to Eden & Dreams. Gile jek, tahun itu kalau nonton TV yha TVRI. Dari semua program acara ala kadarnya TVRI, 3 seri TV tadi termasuk tinggi 'rating'nya karena pasti jadi tontonan sejuta umat. Remington Steele mewakili pemirsa TV keluarga secara merata - menampilkan duo private investigator yang diperankan Pierce Brosnan yang masih cungkring & Stephanie Zimbalist nan cantik. Sementara Return to Eden yang dari Australia, meramaikan booming soap opera saat itu - sampai Rebecca Gilling pun tur ke Jakarta dikermununin penggemarnya yang rata-rata ibu-ibu. Dan yang terakhir John Stamos' Dreams, mewakili pemirsa TV ABG (saat itu).

Tanpa bermaksud melanggar hak cipta, gue posting video opening acara seri TV tadi buat sekedar nostalgia - mengingatkan kita betapa miskinnya hiburan TV saat itu. Atau, memang seharusnya hiburan TV dibuat terbatas seperti saat itu, mengingat acara TV lokal kita sekarang yang cenderung 'tidak menyehatkan' dengan seabreg sinetron-sinetron icky yucky blah :P

Remington Steele :


Return to Eden :


Dreams :



Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.


Kategori :
TV series, Review

Friday, May 05, 2006

Barisan Gila

Semakin kita tua, semakin takut untuk melakukan hal yang spontan dan gila. Takut dianggap ngga waras dan ngga kompak. Takut dibilang sok nyeleneh. Takut dibilang tidak kooperatif. Takut mengahadapi masalah baru. Takut dipecat.

Padahal, kalo spontan dan bisa kompak bareng-bareng, hasilnya bisa kreatif. Contohnya seperti video ini, saat dan jaman dimana kita tidak takut untuk selalu spontak (spontan kompak) bersama. Jika satu gila, maka yang lain tidak malu untuk ikut gila.

Diambil saat kemping FSRD ITB angkatan 88 di Rancabolang, Jawa Barat sekitar tahun 1989.



Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.


Kategori :
Documentary, Raw Material, Video 8, Funny, Video

Tuesday, May 02, 2006

Ketok-ketok Pintu Surga

Nyantai. Sumpah nyantai pisan. Jaman kuliah mau gegitaran bareng walau tugas numpuh 'mah' hayuk wae. Ini video gue rekam sekitar tahun 1991 (lupa bulan bin tanggal). Si Batak Suhakim main gitar bareng Ari Meong diiringi backsound Tiyok, Dodi dan solo drum Udjum Djumhana. Jam session ini berlangsung di ruang kelas Graphic Design tingkat 3 sampai akhirnya berhenti karena kelaparan belum makan siang. Kalau ngga ada jeritan dari perut, mungkin lempeng jam session sampai magrib. Nothing to lose, man! Nyantaiiii... Pokoke ketokin terus pintu surga!

FYI, ruangan ini sudah tiada. Dibongkar dengan bangunan baru di sekitar tahun 1993.



Silakan klik di sini jika preview video tidak muncul.
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi. Dan maaf, kualitas gambarnya sudah rada buruk, maklum rekaman lama


Kategori :
Documentary, Raw Material, Video 8

Monday, April 24, 2006

3 Korban Basah + 1 Sakit Kepala

30 November 1986, adik gue, Iwan kecebur kebentur batu setelah berusaha melompati kali kecil di daerah Pacet, Jawa Barat. Yang pegang kamera adik gue satunya, Dono sempat panik melihat kejadian tersebut. Gue dari kejauhan dengan teganya teriak ke Dono sang cameraman, "Don.. rekam terus! Rekam terus! Payah!! rekam terus!!"
Sementara supir gue berusaha menyelamatkan Iwan yang sempet kelelep ke dalam aliran kali, Dono tetap berusaha - walau masih panik - untuk tetap merekam kejadian. Untungnya Iwan ngga pa pa walau sempat pusing-pusing karena terbentur batu.

Beberapa menit kemudian, saat gue pegang kamera, supir gue giliran kecebur karena berusaha menyelamatkan sepatu sekolah Iwan & Dono supaya tidak basah (maklum besok hari Senin dan kudu pake sepatu buat sekolah). Ehh.. malah basah semua.

Hasilnya, 3 korban basah : Iwan, supir gue & sepatu sekolah. Plus Iwan yang sampai pulang masih pusing-pusing. Kayanya sih ngga gegar otak. Buktinya sekarang waras-waras saja. :D
Coba dulu sudah ada acara "Spontan", pasti sudah dikirim dan ditonton sejuta umat. Uhuiy!



Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Untuk format QuickTime movie MPEG 4, download di sini! (File size = 4,5 mb).

Download QuickTime for free



Kategori :
Semi Documentary, Documentation, Candid, Funny, Video, Vlogging

Sunday, April 23, 2006

Sisi Sendu Dokumentasi

Setelah sekian lama menghilang, akhirnya koleksi dokumentasi video 8 gue ditemukan. Video tersebut direkam pada sekitar tahun 1986 ke atas atau 20 tahun lalu. Betapa senang dan bahagianya gue bisa menonton lagi kehebohan dan kegilaan gue dan menonton berdua pada sang Dita istri gue. Maklum, waktu itu gue berumur 16 tahun, merupakan masa yang menyenangkan bagi gue. Hobi video yang ditularkan oleh sang babe membuat tidak ada hari tanpa dokumentasi video. Sebelumnya gue menggunakan kamera dengan format Betamax. Namun dengan adanya video 8, hasrat rekam merekam makin tak terbendung. Semua direkam dengan pemikiran bahwa suatu saat nanti - beberapa tahun ke depan - kami sekeluarga dengan sang babe & sang ibu bisa menonton bareng sambil tertawa-tawa mengingat masa itu.

Ternyata, 20 tahun kemudian, video-video tersebut terlupakan. Tidak ada kebutuhan dan keinginan untuk menontonnya. Kecuali gue dan adik-adik gue, orang tua gue pun tidak terlalu antusias untuk bersama menikmati rekaman dokumentasi tersebut. Bahkan mereka enggan untuk menontonnya dengan alasan "takut sedih" atau bahasa Jawanya "NGLANGUT". Selain rasa sedih & rindu, rasa lainnya adalah ketakutan akan bangkitnya kegundahan dan problematika yang hadir pada masa itu. Maklum, perjalanan kehidupan keluarga kami cukup berliku dan gujlak gajluk.

Dibalik keceriaan wajah-wajah yang gue rekam 20 tahun lalu, ternyata menyimpan sisi sendu yang tidak gue predict sebelumnya. Rekaman video 8 ini seperti sebuah alat transportasi yang membawa kita menuju atmosfir & suasana masa lalu. Bisa senang, bisa bahagia, bisa gundah, bisa gulana, bisa sedih, bisa marah. Tergantung apa yang sedang dirasakan saat itu. Lantas, buat apa dokumentasi dibuat jika ternyata menyimpan banyak paradox dan seolah membuka kotak pandora? Kegelisahan & kebahagiaan bercampur jadi satu. Buat apa ditonton jika kemudian setelahnya melamun pikiran gentayangan membayangkan sesuatu yang sudah lewat. Jadi, buat apa momen diabadikan? Buat apa masa lalu membayangi masa depan?

Gue jadi merenung memandangi kaset-kaset video 8 ini, kok ya cuma anak-anaknya saja yang menikmati dokumentasinya?

Itulah masalahnya. Apapun yang dirasakan setelahnya, sebuah karya dokumenter memang diciptakan untuk membawa berbagai pesan rasa. Sebuah suasana memang harus dibekukan diabadikan untuk bisa dirasakan dikemudian hari. Lepas dari sisi senang & sendu-nya, dokumentasi dibuat untuk diingat. Terserah persepsi masing-masing untuk memilih bagaimana cara mengingatnya.

Setelah ini gue akan coba Googling around mencari-cari artikel atau data yang berhubungan dengan hal ini.

Monday, April 17, 2006

Terapung Tak Sadarkan Diri

Barangkali memang tiupan angin sepoi-sepoi dan alunan gerakan air di kolam renang, Arwen kriyep-kriyep tertidur di pelampungnya. Membuat orang-orang di sekeliling kolam tertegun terheran-heran, apalagi reaksi 2 ibu yang terekam di dokumentasi video ini.

Di edit dengan gaya News, lengkap dengan anchor berita-nya dan liputannya. Secara biar keliatannya seru gethooohhh..



Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Untuk format QuickTime movie MPEG 4, download di sini! (File size = 7,2 mb).

Download QuickTime for free



Kategori :
,

Monday, April 03, 2006

Ajojing Hip Hop

Sekarang, terjadi perubahan selera musik. Arwen lagi demen sama musik-musik bertempo cepat seperti musik dance dan hip hop. Seperti beberapa saat lalu, gaya ajojing Arwen semakin mantap dan asoy saat mendengarkan musik hip hop yang sengaja kami mainkan.

Tonton dan simak ekspresi ajojing Arwen ini dengan diiringi musik hiphop "Like That"-nya Memphis Bleek. Dijamin pengen ikutan ajojing!



Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Untuk format QuickTime movie MPEG 4, download di sini! (File size = 5,6 mb).

Download QuickTime for free



Kategori :
Music Clip, Video Clip

Tuesday, February 21, 2006

Arwen nge-Lenong

Arwen punya kebiasaan baru - atau tepatnya - mainan baru, bedak Mamin. Tapi sifatnya spontan dan tergantung mood. Setiap ada momen, pasti ada masalah batere atau kaset miniDV habis.

Namun kali ini, kami berhasil mengabadikan momen saat Arwen sibuk bedakan membuat wajahnya cemong putih seperti mau main lenong. Tidak menggunakan miniDV tapi menggunakan Sony Ericsson K500i, karna lagi gak punya kaset buat handycam.

Pengen tau lakon Arwen dalam pentas lenong kali ini? Silahkan saksikan sendiri.



Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Untuk format QuickTime movie MPEG 4, download di sini! (File size = 6,1 mb).

Download QuickTime for free



Kategori :
, ,