Bak pengrajin sedang berkriya gerabah, Dwi Koendoro mengedit film dokumenter 16mm-nya dengan menggunakan peralatan editing konvensional Moviola 16mm viewer, syncronizer & cutter. Direkam dengan handycam Sony V8 sekitar April 1987 (gue lagi SMA kelas 1). Kelihatan asyik banget dan menjiwai apa yang dilakukan, seperti layaknya pianis jazz di sebuah pub saat pengunjung satu persatu pulang karena dijemput larut malam.
19 tahun kemudian, rekaman ini gue edit secara 'instant' dengan Final Cut Pro 4.5 HD di Macintosh QuickSilver G4. Walau editing non-linear digital lebih canggih, feel & soul yang didapat beliau saat mengedit di Moviolanya tidak akan pernah gue dapatkan di Final Cut Pro. Mungkin itu yang dianggap sebagai nilai lebih dari segala hal yang sifatnya 'old school'. You'll never experienced the same. Gue ngga akan merasa bermain piano jazz di sebuah pub.
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Untuk download QuickTime movie MPEG 4, klik di sini (file size = 6,2 mb)
Download QuickTime for free
Kategori :
Documentary, Video 8, Final Cut Pro
Tuesday, May 23, 2006
1977 dalam 8mm
1977, bokap lagi hobi main film 8mm. Dengan berbekal kamera film Nikon R10 Super 8mm (tercanggih masanya) segala hal direkam termasuk saat gue (7 th) dan adik gue, Dono (5 th) & Iwan (3 5h) masih piyik. Rumah kami masih di gang Kubis nan sempit di daerah Blok A. Saat itu, kalau ada orang bawa kamera masih jadi bahan kerumunan orang apalagi di daerah perumahan gang kecil.
10 tahun kemudian, gue iseng pasang projector 8mm dan diproject ke tembok untuk direkam dengan Handycam Sony V8. Hasilnya lumayanlah, daripada mesti proses telecine di laboratorium.
29 tahun berikutnya dengan bantuan peralatan yang lebih canggih (dibanding tahun 1977 lalu) dan thanks to internet, gue iseng digitize kaset V8-nya dan hasilnya published seluruh dunia.
Kadang masih suka amaze sendiri kalau sudah lihat rekaman ini. Takjub, haru, senang, 'nglangut', terkesima campur aduk jadi satu. Kalau sudah begini, yang namanya dokumentasi jadi sangat bermakna dan tak ternilai bagi sejarah keluarga kami. Sayang direkam tanpa suara.
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Untuk download QuickTime movie MPEG 4, klik di sini (file size = 4,6 mb)
Download QuickTime for free
Kategori :
Documentary, Raw material, Video, Vlogging
10 tahun kemudian, gue iseng pasang projector 8mm dan diproject ke tembok untuk direkam dengan Handycam Sony V8. Hasilnya lumayanlah, daripada mesti proses telecine di laboratorium.
29 tahun berikutnya dengan bantuan peralatan yang lebih canggih (dibanding tahun 1977 lalu) dan thanks to internet, gue iseng digitize kaset V8-nya dan hasilnya published seluruh dunia.
Kadang masih suka amaze sendiri kalau sudah lihat rekaman ini. Takjub, haru, senang, 'nglangut', terkesima campur aduk jadi satu. Kalau sudah begini, yang namanya dokumentasi jadi sangat bermakna dan tak ternilai bagi sejarah keluarga kami. Sayang direkam tanpa suara.
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Untuk download QuickTime movie MPEG 4, klik di sini (file size = 4,6 mb)
Download QuickTime for free
Kategori :
Documentary, Raw material, Video, Vlogging
Wednesday, May 10, 2006
Remington Steele, Return to Eden & Dreams
Hasil ngubek-ngubek rekaman video 8 gue : nemu cuplikan seri TV yang ngetop di era akhir 80-an yaitu Remington Steele, Return to Eden & Dreams. Gile jek, tahun itu kalau nonton TV yha TVRI. Dari semua program acara ala kadarnya TVRI, 3 seri TV tadi termasuk tinggi 'rating'nya karena pasti jadi tontonan sejuta umat. Remington Steele mewakili pemirsa TV keluarga secara merata - menampilkan duo private investigator yang diperankan Pierce Brosnan yang masih cungkring & Stephanie Zimbalist nan cantik. Sementara Return to Eden yang dari Australia, meramaikan booming soap opera saat itu - sampai Rebecca Gilling pun tur ke Jakarta dikermununin penggemarnya yang rata-rata ibu-ibu. Dan yang terakhir John Stamos' Dreams, mewakili pemirsa TV ABG (saat itu).
Tanpa bermaksud melanggar hak cipta, gue posting video opening acara seri TV tadi buat sekedar nostalgia - mengingatkan kita betapa miskinnya hiburan TV saat itu. Atau, memang seharusnya hiburan TV dibuat terbatas seperti saat itu, mengingat acara TV lokal kita sekarang yang cenderung 'tidak menyehatkan' dengan seabreg sinetron-sinetron icky yucky blah :P
Remington Steele :
Return to Eden :
Dreams :
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Kategori :
TV series, Review
Tanpa bermaksud melanggar hak cipta, gue posting video opening acara seri TV tadi buat sekedar nostalgia - mengingatkan kita betapa miskinnya hiburan TV saat itu. Atau, memang seharusnya hiburan TV dibuat terbatas seperti saat itu, mengingat acara TV lokal kita sekarang yang cenderung 'tidak menyehatkan' dengan seabreg sinetron-sinetron icky yucky blah :P
Remington Steele :
Return to Eden :
Dreams :
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Kategori :
TV series, Review
Friday, May 05, 2006
Barisan Gila
Semakin kita tua, semakin takut untuk melakukan hal yang spontan dan gila. Takut dianggap ngga waras dan ngga kompak. Takut dibilang sok nyeleneh. Takut dibilang tidak kooperatif. Takut mengahadapi masalah baru. Takut dipecat.
Padahal, kalo spontan dan bisa kompak bareng-bareng, hasilnya bisa kreatif. Contohnya seperti video ini, saat dan jaman dimana kita tidak takut untuk selalu spontak (spontan kompak) bersama. Jika satu gila, maka yang lain tidak malu untuk ikut gila.
Diambil saat kemping FSRD ITB angkatan 88 di Rancabolang, Jawa Barat sekitar tahun 1989.
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Kategori :
Documentary, Raw Material, Video 8, Funny, Video
Padahal, kalo spontan dan bisa kompak bareng-bareng, hasilnya bisa kreatif. Contohnya seperti video ini, saat dan jaman dimana kita tidak takut untuk selalu spontak (spontan kompak) bersama. Jika satu gila, maka yang lain tidak malu untuk ikut gila.
Diambil saat kemping FSRD ITB angkatan 88 di Rancabolang, Jawa Barat sekitar tahun 1989.
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi.
Kategori :
Documentary, Raw Material, Video 8, Funny, Video
Tuesday, May 02, 2006
Ketok-ketok Pintu Surga
Nyantai. Sumpah nyantai pisan. Jaman kuliah mau gegitaran bareng walau tugas numpuh 'mah' hayuk wae. Ini video gue rekam sekitar tahun 1991 (lupa bulan bin tanggal). Si Batak Suhakim main gitar bareng Ari Meong diiringi backsound Tiyok, Dodi dan solo drum Udjum Djumhana. Jam session ini berlangsung di ruang kelas Graphic Design tingkat 3 sampai akhirnya berhenti karena kelaparan belum makan siang. Kalau ngga ada jeritan dari perut, mungkin lempeng jam session sampai magrib. Nothing to lose, man! Nyantaiiii... Pokoke ketokin terus pintu surga!
FYI, ruangan ini sudah tiada. Dibongkar dengan bangunan baru di sekitar tahun 1993.
Silakan klik di sini jika preview video tidak muncul.
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi. Dan maaf, kualitas gambarnya sudah rada buruk, maklum rekaman lama
Kategori :
Documentary, Raw Material, Video 8
FYI, ruangan ini sudah tiada. Dibongkar dengan bangunan baru di sekitar tahun 1993.
Silakan klik di sini jika preview video tidak muncul.
Catatan : Audio dengan video akan tidak sinkron jika menemui masalah kecepatan koneksi. Dan maaf, kualitas gambarnya sudah rada buruk, maklum rekaman lama
Kategori :
Documentary, Raw Material, Video 8
Subscribe to:
Posts (Atom)