Penggunaan media video untuk blog (vlog) atau social media termasuk tidak populer di Indonesia. Penyebabnya apa lagi kalau bukan kecepatan internet bak siput. Sudah lambat & tidak stabil, ditambah dengan jumlah data yang diupload/didownload, memakan quota internet subscription hingga ratusan megabyte, membuat user malas menggugah & viewer malas menonton kalau ngga penting-penting amat.
Selain masalah koneksi, masalah lain yang kerap muncul adalah kualitas video yang berhubungan dengan kemampuan alat atau kemampuan user mempersiapkan materi video yang harus diolah dengan musik dan teks. Belum lagi kasus vertical video syndrome, merekam video dengan posisi smartphone vertical, bukan horisonal atau landscape.
Kini ada Vine - social video resmi dari Twitter - yang lebih mobile friendly. Coba ditelusuri karakteristik dari Vine ini.
Tap to record
Untuk merekam, jari harus menyentuh layar iPhone. Jika dilepas, maka kamera akan pause. Dan merekam lagi saat jari menyentuh layar kembali. Ini biasa disebut edit-while-record di handycam. Dengan feature ini, satu file video bisa terdiri dari beberapa cut. Dan ide pun berkembang, banyak yang berkreasi membuat video tutorial singkat cara membuat masakan, step by step menggambar komik, bahkan berkarya stop motion/animasi video dengan app ini. Atau membuat video sulap amatir "now you see it, now you don't!"
Part 1: Drawing a sketch started with circle. #art #manga vine.co/v/bJQmTL029pd
— Pinot (@pinot) January 30, 2013
Contoh step-by-step cara menggambar comic.
Resolusi: square 480 x 480 pixel
Bandingkan dengan video recording app lain by default merekam dengan ukuran full HD 1920 x 1080 pixel atau HD 1280 x 720 pixel, Vine membuat ukuran mungil sendiri seperti layaknya Instagram: square 480 x 480 pixel. Dengan mungilnya ukuran resolusi gambar, otomatis membuat besar file yang diupoad tidak besar.
Dan dengan ukuran gambar kotak persegi, tidak ada lagi kesalahan amatir merekam video dengan posisi vertical, karena tegak atau tidur tetap sama. No more vertical video syndrome! Saya pun bisa merekam video diam-diam dengan posisi tegak, tanpa harus memutar iPhone ke posisi landscape.
Video format
Vine menggunakan format mp4 dengan codec H.264. Format ini tidak hanya menjadi standard video file di iOS, tapi juga di kamera digital. Teknologi codec H.264 bisa meng-compress file jadi sangat kecil tapi kualitas gambar tetap relatif terjaga.
(click untuk lihat file video di browser)
Dengan digunakannya codec H.264 & resolusi rendah (480 x 480) besar file tidak lebih dari 1MB. Seperti contohnya video cake ini, file size-nya hanya 866KB. Tidak sampai 1MB! Konsumsi data pun bisa dihemat.
The magic of 6 seconds
"Hah? Cuma 6 detik? Mau merekam apa?"
Buat sementara orang merekam video hanyak 6 detik bisa menjadi kendala. Tapi justru itulah tantangannya. Atau justru itulah benefitnya, bagaimana merekam sebuah momen dalam waktu yang pendek dengan berbagai angle kamera, tanpa ba bi bu langsung upload dalam waktu yang singkat.
From sleep to school in 6 seconds vine.co/v/bJev600H2hK
— Pinot (@pinot) January 28, 2013
Dalam 6 detik video ini bercerita proses anak-anak berangkat sekolah.Dan semakin pendek video, justru semakin tinggi kemungkinan orang untuk menonton. Sinopsis tertulis di Twitter, visual video tayang di Vine. Microblogging & microvlogging. 140 characters & 6 seconds.
Be spontaneous!
Vine tidak membuka akses ke Camera Roll sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan materi pre-recorded video. Video yang diupload adalah video yang direkam saat itu juga. Mau bikin timelapse video juga monggo, asal sabar atau pakai tripod kecil. Bikin stop motion juga monggo. Tapi pada dasarnya Vine mempermudah user untuk SEGERA merekam momen dan menggugahnya. Kemudahan ini membuat Vine mulai dilirik para jurnalis seperti ditulis dalam artikel ini.
Untuk saat ini Vine hanya tersedia untuk iOS devices. Namun tidak lama lagi akan tersedia untuk platform lain.
Akankah Vine bisa menaikkan popularitas penggunaan social video di Indonesia? Kita lihat saja.
Related story:
- Having fun with Vine