Thursday, November 09, 2006
Menebar Racun di Festival Konfiden
Beberapa hari lalu Konfiden bikin hajatan rutin tahunannya, festival film /video pendek. Seperti yang sudah-sudah, acara di isi dengan pemutaran karya para video maker indie dan forum diskusi. Gue kebagian jadi tukang cuap-cuap disebuah sesi diskusi denga lingkup bahasan "VIdeoblog sebagai sarana alternatif untuk publikasi karya". Sekaligus membahas tentang menjamurnya fasilitas video sharing di situs-situs internet seperti YouTube atau Blip.tv.
Pembahasan ini bisa menjadi solusi alternatif bagi para peserta festival, terutama bagi yang tidak lolos karena tersandung beberapa kriteria festival seperti konteks penggunaan materi hak cipta. Bisa dimaklumi, karena banyak pembuat video amatir/indie yang mengabaikan masalah hak cipta, misal menggunakan lagu yang lagi top sebagai music track karya videonya. Yang terpenting adalah, bagaimana para video maker ini bisa mengkomunikasikan pesannya dengan baik melalui media audio visual.
Dengan video online, para video maker ini bukan saja diberi kesempatan untuk mempublikasikan karya mereka tanpa harus risau dengan masalah penggunaan materi hak cipta (walau YouTube sendiri sudah memberi rambu tentang hal ini, selama karya tersebut tidak difestivalkan dan dikomersialisasikan), tapi juga kebebasan berekspresi. Sebuah karya video pendek yang berkualitas bisa saja hadir dari - let say - dokumentasi keluarga tentang kelahiran seorang bayi yang diedit secara dramatis & menyentuh, atau sekedar iseng mendokumentasikan perjalanan liburan yang dibuat seperti karya video klip. Semua contoh tersebut bisa tidak lolos jika melewati jalur festival. Namun dengan video online, karya tersebut bisa terpublikasikan, ditonton banyak orang dan terjadi mekanisme feedback atau penilaian (berdasarkan komentar atau rating) secara demokratis.
Populasi Video maker amatir di Indonesia masih sangat sedikit. Festival yang diadakan teman-teman Konfiden adalah sarana penting dalam mengumpulkan bakat-bakat tersembunyi dan meningkatkan jumlah video maker amatir di Indonesia. Namun bagi gue pribadi ada hal yang harus diutamakan terlebih dahulu : memberi rasa percaya diri saat memegang kamera video, saat membuat storyline, saat mengedit & saat mempertontonkan karyanya. Video online adalah sarana yang tepat untuk menyalurkannya.
Sayang yang hadir pada diskusi ini cuma beberapa gelintir. Hal ini bisa dianggap sebagai gambaran bahwa :
- Belum populernya penggunaan internet sebagai sarana publikasi karya video, apalagi dengan kondisi masih banyak orang yang fakir bandwith di negeri ini
- Masih lebih memilih festival sebagai sarana paling utama untuk mempertontonkan hasil karya - dengan menggunakan layar lebar bak bioskop & dipertandingkan
- Atau memang, banyak yang belum cukup confident untuk berkisah melalui video
Subscribe to:
Posts (Atom)